Cahaya adalah paket partikel yang disebut
foton.
Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut
spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai
warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan
optika, merupakan area riset yang penting pada
fisikamodern.
Pada puncak optika klasik,
cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh
Michael Faraday dengan penemuan
sinar katoda, tahun 1859 dengan
teori radiasi massa hitam oleh
Gustav Kirchhoff, tahun 1877
Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status
energi sistem fisik dapat menjadi diskrit,
teori kuantum sebagai model dari
teori radiasi massa hitam oleh
Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa
energi yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut
elemen energi,
E. Pada tahun 1905,
Albert Einstein membuat percobaan
efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari
atom mengeksitasi
elektron untuk melejit keluar dari
orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh
Louis de Broglie menunjukkan
elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus
teori dualitas partikel-gelombang.
Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat
postulatberdasarkan
efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari
kuanta yang disebut
foton yang mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya
Albert Einstein dan
Max Planck mendapatkan
penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar
teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk
Werner Heisenberg,
Niels Bohr,
Erwin Schrödinger,
Max Born,
John von Neumann,
Paul Dirac,
Wolfgang Pauli,
David Hilbert,
Roy J. Glauber dan lain-lain.
Era ini kemudian disebut era
optika modern dan
cahaya didefinisikan sebagai dualisme
gelombang transversal elektromagnetik dan aliran
partikel yang disebut
foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya
sinar maser, dan
sinarlaser pada tahun 1960.
Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era
optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu
difusi dan
hamburan.
Gelombang elektromagnetik dapat digambarkan sebagai dua buah gelombang yang merambat secara transversal pada dua buah bidang tegak lurus yaitu medan magnetik dan medan listrik. Merambatnya gelombang magnet akan mendorong gelombang listrik, dan sebaliknya, saat merambat, gelombang listrik akan mendorong gelombang magnet. Diagram di atas menunjukkan gelombang cahaya yang merambat dari kiri ke kanan dengan medan listrik pada bidang vertikal dan medan magnet pada bidang horizontal.
GELOMBANG CAHAYA
![Prism[1] Pembiasan Pada Prisma](http://belajarfisika91.files.wordpress.com/2009/08/prism1.gif?w=120&h=90)
- Pembiasan Pada Prisma

- Dispersi Cahaya
Saat cuaca cerah, pada siang hari kita bisa melihat matahari dan malamnya bisa melihat bulan ataupun bintang. Matahari, bulan dan bintang adalah bagian dari benda langit, yang ketika kita melihatnya ataupun mengamatinya, informasi yang bisa kita tangkap langsung dari benda langit tersebut berupa cahaya. Dan dari cahaya tersebut para astronom dapat menentukan posisi, jarak, warna, suhu, jenis zat yang dikandungnya, energi dan lain sebagainya. Jadi cahaya itu ilmu, cahaya merupakan bagian dari fenomena fisika, tanpa cahaya bisa jadi ilmu astronomi tidak akan pernah ada, tanpa cahaya kita tidak akan bisa hidup. Dari fenomena cahaya ini, banyak para ilmuwan memuculkan berbagai gagasan ataupun teori tentang cahaya. Namun demikian, didalam ilmu pengetahuan, kebenaran dari suatu gagasan maupun teori akan sangat di tentukan oleh uji eksperimen.
Ilmuwan Abu Ali Hasab Ibn Al-Haitham (965–sekitar 1040), menyatakan bahwa setiap titik pada daerah yang tersinari cahaya, mengeluarkan sinar cahaya ke segala arah, namun hanya satu sinar dari setiap titik yang masuk ke mata secara tegak lurus yang dapat dilihat. Sedangkan cahaya lain yang mengenai mata tidak secara tegak lurus tidak dapat dilihat.
Ada teori Partikel oleh Isaac Newton (1642-1727) dalam Hypothesis of Light pada 1675 bahwa cahaya terdiri dari partikel halus (corpuscles) yang memancar ke semua arah dari sumbernya. Teori Gelombang oleh Chrisiaan Huygens (1629-1695), menyatakan bahwa cahaya dipancarkan ke segala arah sebagai gelombang seperti bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya pada frekuewensi dan panjang gelombang saja.
Pada zaman Newton dan Huygens hidup, orang-orang beranggapan bahwa gelombang yang merambat pasti membutuhkan medium. Padahal ruang antara bintang-bintang dan planet-planet merupakan ruang hampa (vakum) sehingga menimbulkan pertanyaan apakah yang menjadi medium rambat cahaya matahari sampai ke bumi jika cahaya merupakan gelombang seperti yang dikatakan Huygens. Inilah kritik orang terhadap pendapat Huygens. Kritik ini dijawab oleh Huygens dengan memperkenalkan zat hipotetik (dugaan) yang bernama eter. Zat ini sangat ringan, tembus pandang dan memenuhi seluruh alam semesta. Eter membuat cahaya yang berasal dari bintang-bintang sampai ke bumi.
Pada dekade awal Abad 20, berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti Thomas Young (1773-1829) dan Agustin Fresnell (1788-1827) berhasil membuktikan bahwa cahaya dapat melentur (difraksi) dan berinterferensi. Gejala alam yang khas merupakan sifat dasar gelombang bukan partikel. Percobaan yang dilakukan oleh Jeans Leon Foulcoult (1819-1868) menyimpulkan bahwa cepat rambat cahaya dalam air lebih rendah dibandingkan kecepatannya di udara. Padahal Newton dengan teori emisi partikelnya meramalkan kebalikannya. Selanjutnya Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan sehingga tergolong gelombang elektomagnetik. Sesuatu yang yang berbeda dengan gelombang bunyi yang tergolong gelombang mekanik. Gelombang elekromagnetik dapat merambat dengan atau tanpa medium dan kecepatan rambatnyapun amat tinggi bila dibandingkan dengan gelombang bunyi. Gelombang elekromagnetik merambat dengan kecepatan 300.000 km/s. Kebenaran pendapat Maxwell tak terbantahkan ketika Hertz (1857-1894) berhasil membuktikan secara eksperimental yang disusun dengan penemuan-penemuan berbagai gelombang yang tergolong gelombang elekromagnetik seperti sinar x, sinar gamma, gelombang mikro RADAR dan sebagainya.
Dewasa ini pandangan bahwa cahaya merupakan gelombang elektomagnetik umum diterima oleh kalangan ilmuwan, walaupun hasil eksperimen Michelson dan Morley di tahun 1905 gagal membuktikan keberadaan eter seperti yang di sangkakan keberadaan oleh Huygen dan Maxwell.
Di sisi lain pendapat Newton tentang cahaya menjadi partikel tiba-tiba menjadi polpuler kembali setelah lebih dari 300 tahun tenggelam di bawah populeritas pendapat Huygens. Dua fisikawan pemenang hadiah Nobel, Max Plack (1858-1947) dan Albert Einstein mengemukan teori mereka tentang Foton..
Berdasarkan hasil penelitian tentang sifat-sifat termodinamika radiasi benda hitam, Planck menyimpulkan bahwa cahaya di pancarkan dalam bentuk-bentuk partikel kecil yang disebut kuanta. Gagasan Planck ini kemudian berkembang menjadi teori baru dalam fisika yang disebut teori Kuantum. Dengan teori ini, Einstein berhasil menjelaskan peristiwa yang dikenal dengan nama efek foto listrik, yakni pemancaran elekton dari permukaan logam karena lagam tersebut di sinari cahaya.
Jadi dalam kondisi tertentu cahaya menunjukkan sifat sebagai gelombang dan dalam kondisi lain menunjukkan sifat sebagai partikel. Hal ini di sebut sebagai dualismecahaya.
POLARISASI CAHAYA
Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yang bergerak secara oscillasi dan menuju arah tertentu. Karena
cahaya termasuk
gelombang elektromagnetik, maka cahaya ini mempunyai
medan listrik, E dan juga
medan magnet, H yang keduanya saling beroscilasi dan saling tegak lurus satu sama lain, serta tegak lurus terhadap arah rambatan (lihat gambar).
Cahaya juga dikategorikan sebagai
gelombang transversal; yang berarti bahwa cahaya merambat tegak lurus terhadap arah oscilasinya. Adapun syaratnya adalah bahwa gelombang tersebut mempunyai arah oscilasi tegak lurus terhadap bidang rambatannya.
Gelombang bunyi, berbeda dengan gelombang cahaya, tidak dapat terpolarisasi sehingga dia bukan gelombang transversal.
Suatu cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu bergerak merambat ke arah tertentu. Arah polarisasi gelombang ini dicirikan oleh arah vektor bidang medan listrik gelombang tersebut serta arah vektor bidang medan magnetnya.
Beberapa macam / jenis polarisasi: polarisasi linear, polarisasi melingkar, polarisasi ellips. Gelombang dengan polarisasi melingkar dan polarisasi ellips dapat diuraikan menjadi 2 gelombang dengan polarisasi tegak lurus. Polarisasi linear terjadi ketika cahaya merambat hanya dengan satu arah yang tegak lurus terhadap arah rambatan atau bidang medan listriknya.
SATUAN BESARAN CAHAYA
SI radiometry units |
Quantity |
Symbol |
SI unit |
Abbr. |
Notes |
Radiant energy | Q | joule | J | energy |
Radiant flux | | watt | W | radiant energy per unit time, also called radiant power |
Radiant intensity | I | watt/steradian | W.sr-1 | power per unit solid angle |
Radiance | L | watt/steradian/square meter | W.sr-1.m-2 | power per unit solid angle per unit projected source area calledintensity in some other fields of study |
Irradiance | E, I | watt/square meter | W.m-2 | power incident on a surface, sometimes confusingly calledintensity |
Radiant exitance / Radiant emittance | M | watt/square meter | W.m-2 | power emitted from a surface |
Radiosity | J or Jλ | watt/square meter | W.m-2 | emitted plus reflected power leaving a surface |
Spectral radiance | Lλ
or
Lv | watt/steradian/meter3
or
watt/steradian/square meter/hertz | W.sr-1.m.-3
or
W.sr-1.m-2.Hz-1 | commonly measured in W.sr-1.m-2.nm-1 |
Spectral irradiance | Eλ
or
Ev | watt/meter3
or
watt/square meter/hertz | W.m-3
or
W.m-2.Hz-1 | commonly measured in W.m-2.nm-1 |
SI photometry units |
Quantity |
Symbol |
SI unit |
Abbr. |
Notes |
Luminous energy | Qv | lumen second | lm.s | units are sometimes called talbots |
Luminous flux | F | lumen (= cd.sr) | lm | also called luminous power |
Luminous intensity | Iv | candela (=lumen/sr) | cd | an SI base unit |
Luminance | Lv | candela/square meter | cd/m2 | units are sometimes called "nits" |
Illuminance | Ev | lux (= lm/m2) | lx | used for light incident on a surface |
Luminous emittance | Mv | lux (= lm/m2) | lx | used for light emitted on a surface |
Luminous efficacy | | lumen/watt | lm/W | ratio of luminouos flux to radiant flux |